Kak, aku ingin kuliah di...

/
2 Comments
Hampir 4 tahun saya mengajar di bimbingan belajar untuk SMA. Setiap awal semester, apalagi mendekati UN, saya selalu bertanya kepada siswa, terutama kelas 3, kalian ingin kuliah apa dan dimana dan mengapa?

Setiap tahun pola jawabannya berbeda.
Dua tahun lalu, sebagian besar siswa yang saya tanya akan menjawab 'kedokteran, kak'. Dimana? 'pengennya sih UI atau UGM atau UnPad kak'. Padahal saya tau, mereka yang saya tanya itu sebagian besar kemampuan daya tangkap dan ketahanan belajarnya boleh dibilang belum mumpuni untuk masuk kedokteran. Hal yang saya, pengajar lain, dan bos takutkan adalah, mereka memaksa ingin masuk kedokteran tapi akhirnya gagal dan jadi luntang lantung. Akhirnya dibuatlah penyuluhan yang intinya kalau ingin jadi dokter, harus benar-benar bekerja keras, lihat ke dalam diri kalian dulu, kalau memang sungguh-sungguh ingin jadi dokter, PTN itu ga hanya UI, UGM, Unpad, masih banyak yang lain yang passing gradenya lebih rendah dibandingkan yang tiga itu, atau mungkin juga kalian bisa memilih universitas swasta yang bagus juga kedokterannya, semisal Trisakti, Yarsi, dan masih banyak lagi. Akhirnya satu per satu mulai mencari jalan lain. Tujuannya : teknik!
Tahun berikutnya, trend jawabannya berubah. Mau masuk mana? "UI kak" jurusan apa? 'teknik kimia kak / teknik industri kak'. Sebagian besar anak jawab ingin masuk teknik kimia dan industri UI. Alasannya, klasik. 'pengen kerjaan yang gajinya gede kak'. Padahal mereka tidak tahu apa yang dipelajari di jurusan itu, apa yang harus dilakukan para lulusan sehingga gajinya jadi besar begitu.
Tapi tahun ini, jawaban anak-anak itu bervariasi, dari mulai universitasnya, maupun jurusannya. Baru tahun ini, saya menemukan jawaban 'ilmu gizi ipb kak', atau 'manajemen pertanian ipb kak', atau 'teknik pertanian ipb kak,' atau 'teknik mesin ITS kak', atau 'kedokteran UNS kak'.

Dalam hati saya bersyukur, karena mereka yang sekarang ini sedang kelas 3 SMA di bimbingan belajar tempat saya mengajar tidak melihat hanya dari nama universitas dan nama jurusannya, melainkan lebih dalam lagi, tentang prospek dan pelajaran yang dipelajari.

Sebelum mereka mulai intensif persiapan UN, sudah saya wanti-wanti "kalian pikirkan, kerja seperti apa yang ingin kalian kerjakan, kehidupan seperti apa yang ingin kalian rasakan nanti". Kalau teknik kimia dan semacamnya, (jika para lulusan nanti bekerja sesuai bidangnya) akan lebih banyak di pabrik, atau di lapangan, meskipun ada juga yang di kantor. Kalau akuntansi, pasti di kantor. Kalau perminyakan, siap-siap keliling. Teknik industri lebih fleksibel bidangnya. Kira-kira seperti itu gambaran umum pekerjaan yang saya beri tahu.

Mereka, yang tahun ini, menurut saya, tidak terlampau egois dalam merencanakan masa depan mereka. 'gue mau masuk tenik pertanian biar bisa bantu memajukan pertanian indonesia nanti kak, indonesia lagi mau swasembada pangan kan katanya'. Saya terketuk. Akhirnya ada yang berpikir seperti ini. Bukan cuma berpikir 'gue mau kerjaan gue nanti gajinya gede kak' seperti biasanya. Ya, meskipun masalah gaji dan pekerjaan tergantung pada lamaran kerja dan perusahaan nanti.

Masa SMA adalah saat-saat kita menentukan jalan hidup ke depan, bukan saat kuliah. Kalau si anak sayang orang tua, ia akan memikirkan baik-baik jurusan yang ia inginkan. Jangan sampai baru satu-dua semester kuliah sudah merengek minta pindah kampus karena ga kuat, atau bukan ini yang diinginkan. Konsekuensi pindah kampus, ya uang yang sudah dibayarkan sebelumnya akan sia-sia kan? uang untuk menyekolahkan keperguruan tinggi kan tidak sedikit. Lagipula waktu 1 tahun itu sangat berharga.

 Mengapa saya katakan, SMA adalah saat penentuan, bukan kuliah? Karena pada saat melamar pekerjaan nanti, yang terlebih dahulu dilihat adalah latar belakang pendidikan. Meskipun saat ini sangat terbuka kemungkinan kita untuk kerja di bidang yang sama sekali berbeda dengan yang kita pelajari. Contohnya? Bank. Tak perlu jadi sarjana ekonomi untuk bisa bekerja di perbankan. Bahkan sekarang ini nama IPB banyak dipelesetkan jadi 'institut perbankan bogor' lantaran banyak lulusannya yang justru bekerja di bank.

Begitu penting akhir masa SMA, namun sayang banyak siswa yang masih tidak tau apa yang ia inginkan, hanya terpaku pada 'lulus SMA'. Dalam masa-masa seperti itu, peran guru BK sangatlah penting. Tidak hanya BK, tapi guru secara umum. Guru BK bisa memberi masukan, dorongan, informasi mengenai dunia setelah SMA. Di Depok dan Jakarta, peran guru BK di beberapa sekolah sudah terasa. Siswa mulai dapat merencanakan masa depannya, terutama dimulai dengan ingin masuk jurusan apa. Siswa juga tidak hanya terpaku pada UI, UGM, ITB, bukan prestige, namun ilmu. Di sekolah dengan guru BK yang luar biasa, siswa berpeluang untuk berkonsultasi terkait dengan prestasinya selama ini dan kesempatannya untuk masuk ke perguruan tinggi idamannya.
Hal ini yang tidak terlihat di sekolah di luar daerah, boleh saya sebut : Manado. Selama saya bersekolah di sana, siswa berjibaku untuk masuk ke Universitas Sam Ratulangi, jurusan tertentu. Kalau bukan Sam Ratulangi, Universitas Manado, kalau tidak, Universitas Klabat, pun itu jurusan tertentu saja, paling jauh Univeritas Hasanuddin di Makassar, kalau tidak, ya sudah kerja saja.
Tak banyak informasi yang ada di sekitaran mereka mengenai universitas, apalagi jurusan. Bahkan masih ada anak yang tidak tahu kalau ada universitas di luar Sulawesi yang namanya adalah Universitas Indonesia, padahal universitas ini selalu disebut-sebut sebagai 3 besar universitas terbaik di Indonesia. Beruntung untuk siswa yang berasal dari keluarga menengah ke atas, mereka diberi kesempatan mencoba peruntungan di Malaysia, Singapura, Jerman, Australia, Tiongkok, atau Universitas swasta di Jakarta, Surabaya dan Jogja jika tak lolos PTN. Namun sebagian besar siswa masih belum berani untuk menebar sayapnya lebih lebar, membuka pandangannya lebih luas.

Siswa-siswa yang tak punya rancangan masa depan, biasanya ingin masuk universitas terutama ptn dengan hanya menetapkan target 'saya harus masuk universitas ini, jurusan apa saja lah, hukum boleh, ekonomi boleh, teknik boleh, yang gampang masuknya, yang penting di sini'. Sayangnya, jika siswanya seperti itu, setelah masuk ke jurusan yang bisa ia masuki, ia jadi tak punya target lanjutan. Targetnya hanya lulus sarjana, syukur-syukur bisa lulus sarjana, terkadang ada yang malas-malasan untuk kuliah.
Saya masih sering menemukan siswa yang seperti itu. Mengapa bisa seperti itu? Mungkin, mereka kurang informasi. Mungkin juga mereka kurang diberi dorongan dan target oleh orang tua.

Ya, orang tua punya peran penting disini. Peran itu, bukanlah dalam menentukan si anak harus masuk mana, melainkan seharusnya berperan dalam membimbing anak merancang masa depannya.
Saya beri contoh, 'mama rasa, kamu kurang cocok kalau jadi dokter, kamu itu pinter ngomong tapi belajarnya ya kamu tau sendiri cara belajar kamu gimana, kenapa ga jadi pengacara aja? atau mungkin jadi diplomat?' 
Atau dalam kasus pribadi saya sesaat setelah jadi sarjana, 'kamu itu ga cocok jadi karyawan, mama liat kamu lebih cocok jadi guru atau dosen', atau saat saya ingin menentukan jurusan kuliah dulu 'kamu kan sakit-sakitan, kenapa ga jadi dokter aja? biar bisa nyembuhin diri kamu sendiri'. Ya, orang tua saya memang kalau ngomong ke anak-anaknya dengan gaya bicara yang agak 'pedas, ketus'. 
Tidak perlu harus dengan to the point memberi saran jurusan, orang tua juga bisa memberi pengetahuan tentang kehidupan, seperti dalam kasus saya 'kalau jadi karyawan, kamu kaya untuk diri kamu sendiri. tapi kalau kamu jadi wirausaha, memberikan lapangan kerja pada orang lain, kamu sukses, kaya, karyawan kamu pun akan terangkat nasibnya. sebesar apapun perusahaan asing tempatmu bekerja, kamu hanya karyawan. namun sekecil apapun usaha yang kamu buat, kamu adalah bosnya'. 
Orang tua saya juga pernah bilang 'negeri kita ini negeri agraris loh, dulu waktu jaman soeharto kita swasembada pangan. sekarang? apa-apa impor. kita butuh inovasi bibit, supaya hasil taninya makin bagus. Apalagi sekarang orang-orang tertarik banget sama yang namanya organik, semua back to nature. orang-orang pertanian lagi dibutuhin. bikin bibit unggul, bikin teknik tani yang bagus biar hasil kita ga kalah sama Thailand. Banyak komoditi lokal kita disukai sama orang luar negeri, kayak manggis, salak, itu kan khas indonesia, kita bikin supaya bagus, jual ke luar negeri, jangan sampai mereka berhasil mengembangkan teknik tani yang berhasil bikin pohon itu bisa tumbuh dan berbuah lebih bagus disana.'.
Saya merasa beruntung punya orang tua yang dapat memberi inspirasi pada saya. Meskipun pada akhirnya saya tidak memilih bidang pertanian untuk saya pelajari.
Usia SMA, adalah saat-saat anak mulai mencari jati diri. Mereka butuh diberi inspirasi dan motivasi agar dapat bermimpi tentang masa depannya. Setelah mereka punya mimpi, barulah bimbing mereka untuk menentukan langkah-langkah mewujudkan mimpinya.
Sayangnya, masih banyak orang tua yang saya nilai terlalu arogan dalam menentukan masa depan putra putrinya. Banyak kasus orang tua yang menentukan : kamu harus jadi A. Seringkali terjadi pada orang tua yang ingin anaknya jadi dokter, atau profesi lain yang menuntut pendidikan khusus.
Biarkan siswa menentukan sendiri jalan hidupnya. Mereka perlu dibimbing agar tak salah jalan, tapi bukan berarti harus diikat dengan tali mengikuti pedati.

Itulah mengapa saya selalu menyelipkan pertanyaan 'kenapa kamu pilih jurusan itu' pada siswa yang saya tanya. Hanya untuk sekedar tahu, apa yang mereka inginkan dari masuk jurusan itu. Atau memberi bayangan tentang apa yang akan mereka hadapi.

Banyak anak yang hanya tau jurusan hukum, ekonomi, kedokteran, teknik kimia, teknik industri, elektro, mesin, dan beberapa jurusan beken lain. Akhirnya mereka hanya berkutat pada jurusan yang itu-itu saja. Tak banyak yang tahu ada jurusan bernama teknik fisika, teknik nuklir, biokimia, geodesi, geofisika. Ketidaktahuan mereka tentang detail jurusan seringkali membawa mereka untuk memandang sebelah mata terhadap jurusan tertentu, MIPA biasanya. Malah seringkali mereka salah interpretasi. Biasanya terjadi di seputar jurusan yang berhubungan dengan komputer seperti teknik informatika, teknik komputer, ilmu komputer. Apa bedanya?
Mungkin orang tua tak banyak mengerti soal ini. Senior yang telah kuliah dan guru, akan lebih banyak membantu. Di beberapa sekolah yang siswanya les di tempat saya mengajar, ada kegiatan 'Campus Goes to School'. Disana, senior-senior yang sudah lulus dan berkuliah di universitas, baik itu swasta maupun negeri dipanggil datang ke sekolah untuk menjelaskan tentang apa yang dipelajarinya di kampus, prospek kerjanya atau sekedar memperkenalkan kampusnya. Hal tersebut cukup efektif dalam memberi informasi pada siswa, agar tak salah pilih. Tak hanya itu, kegiatan semacam ini juga membuka wawasan siswa dan memberi mereka motivasi dan pilihan baru.

Seringkali anak yang naik ke kelas 12 masih belum tau apa yang ia inginkan. Jika menemukan anak yang seperti itu, biasanya saya akan memberi mereka pertanyaan atau tuntunan .
1. Kamu cari deh, apa yang ingin kamu lakukan banget di masa depan. Atau kerjaan macam apa yang kamu inginkan di masa depan. Atau perusahaan macam apa yang kamu ingin gabung. Sambil mikirin, kamu ingin kehidupan yang seperti apa di masa depan. Kamu tanya ke orang tua, atau guru, atau om, siapa aja yang lebih tua dari kamu.
2. Kalau udah nemu apa yang ingin kamu lakukan, kita lihat, cocok tidak dengan profil kamu.
3. Kalau cocok, kita buat daftar jurusan apa saja yang cocok dengan keinginan dan profilmu. Apakah teknik kimia, ataukah industri, ataukan ekonomi (misalnya). Memilih jurusan, sebaiknya kamu lihat juga prospek kerja ke depannya. Jadi kamu punya plan B nanti kalau kamu tiba-tiba berubah pikiran.
4. Setelah tentukan jurusan yang kamu inginkan, kita lihat universitas mana saja yang punya jurusan itu. Mana yang membuat kamu lebih berpeluang untuk masuk kesana, kita cek lewat prestasi belajar kamu. Tapi cek juga reputasi dan akreditasinya, jangan sampai akreditasinya ternyata jelek.
5. Kalau sudah tentukan pilihan jurusan dan universitas, berarti kamu sudah punya target. Kita atur jam belajar dan teknik belajar supaya targetmu tercapai.

Impian, gambaran masa depan, penting agar seorang anak punya target. Dengan memiliki target, ia akan lebih mudah menentukan langkah ke depan. Memang, impian tak selalu jadi kenyataan. Namun dengan memiliki impian, hidup akan lebih berarti. Tak sekedar menjadi buih yang sekedar terbawa kesana kemari mengikuti arah gelombang.
Setiap siswa memiliki gaya berbeda-beda. Pendekatannya pun berbeda-beda. Kita yang lebih tua harus menuntun mereka, bukan memaksa, bukan juga membiarkan.

Tulisan ini hanya sekedar membagi pemikiran saya pribadi, tentunya guru sekolah dan orang-orang yang berpengalaman di bidang psikologi pendidikan lebih kompeten ya untuk menangani siswa ya, ketimbang saya yang baru 4 tahun jadi guru bimbel. Tapi mungkin tulisan ini bisa jadi masukan untuk anda. :)


You may also like

2 komentar:

  1. Mendidik banget artikelnya, terutama buat anak-anak kelas 3 yang galau pilih jurusan dan masa depan nanyinya..
    :D

    Please keep posting articles like this, it's a good one and inspiring people. ;)

    BalasHapus

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.