Mengenal Penamaan Umum Senyawa Kimia

/
0 Comments
The number of people who don't understand this is too damn high!
Saya tertawa melihat gambar ini di 9gag pertama kali. Tapi komentar 9gag user lainnya justru membuat saya lebih tertawa "the number of people who don't understand this is too damn high". Ya, benar sekali. Terdapat banyak sekali orang yang tidak mengerti bahwa sebenarnya Dihydrogen Monoxide atau dalam ejaan bahasa Indonesianya dihidrogen monoksida itu adalah air. Penamaan resmi untuk air memang dihidrogen monoksida atau bisa disingkat DHMO. Lucunya, di luar sana, ada hoax yg mengatakan DHMO itu berbahaya, namun yang lebih lucu lagi ada orang yang percaya.

Nah, memang kenyataannya semua hal yang berbau kimia ditakuti oleh masyarakat awam. Apapun itu, kalau diganti dengan bahasa ilmiahnya, akan jadi 'berbahaya', atau justru sebaliknya, menjadi 'berkhasiat'. Dalam beberapa hal juga bisa dijadikan sebagai cara untuk menyembunyikan image buruk. Sebagai contoh, yang diketahui secara umum sebagai penyedap rasa adalah 'monosodium glutamat'. Namun di beberapa produk makanan, tertulis 'mononatrium glutamat'. Kalau orang awam, pasti yakin bahwa makanan itu aman dikonsumsi karena tak mengandung MSG. Padahal, Natrium itu ya sodium. Monosodium glutamat ya mononatrium glutamat. Sodium adalah nama lain natrium, unsur yang berlambang Na. Di amerika dan beberapa negara eropa, mereka menggunakan nama sodium, bukan natrium.

Satu-satunya cara agar tak dibodohi oleh pedagang adalah dengan mengerti. Maka, mari kita pelajari dasar-dasar penamaan senyawa kimia. Penjelasan di dalam tulisan ini lebih ditujukan kepada siswa SMA ya.

Pertama, mari mulai dengan mengenal tabel periodik.
Tabel Periodik Unsur
Kita kupas sedikit terlebih dahulu tentang tabel periodik. Tabel periodik memiliki 18 kolom dan 7 baris. Dua baris tambahan di bawah sebenarnya adalah unsur yang terletak di antara Ba dan Hf (golongan Lantanida) dan antara Ra dengan Rf (golongan Aktinida).

Kolom (dari kiri ke kanan) menunjukkan golongan, sementara baris (atas ke bawah) menunjukkan periode. Golongan dalam tabel periodik menunjukkan kemiripan sifat, sementara periode menunjukkan kenaikan massa atom unsur. Untuk mengetahui golongan dan periode, lihat saja di bagian atas tabel tersebut.
dua sistem penomoran yang biasa digunakan
Pada gambar di atas, terlihat ada beberapa nomor di atas unsur di urutan teratas. Sistem golongan 1-18 digunakan berdasarkan sistem IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) yang baru. Sementara sistem A-B-A digunakan berdasarkan sistem CAS (Chemical Abstract Service). Indonesia menggunakan sistem A-B-A dari CAS seperti halnya di Amerika. Jadi, umumnya di Indonesia, unsur Fosfor (P) berada di golongan VA, bukan 15.

Berdasarkan sistem CAS, unsur terbagi atas 2 blok yaitu blok A dan B. Dua golongan yang paling kiri adalah golongan IA dan IIA, mulai dari unsur Sc (Scandium) hingga unsur Zn (Zinc/Seng) dan unsur di bawahnya adalah golongan B. Boron (B) hingga ke ujung kanan adalah golongan IIIA hingga VIIIA.

Sekarang mari mengenal nama unsurnya.

Apa saja unsur di golongan IA?
Unsur golongan IA
unsur golongan IIA
Di golongan IA ada dua unsur yang punya nama lain, yaitu Natrium-Sodium dan Kalium-Potassium.
nama unsur yang sering kita dengar dan lihat lainnya :


Unsur-unsur golongan IA (kecuali Hidrogen), IIA dan IIIA (kecuali boron) merupakan logam. Sifat khas dari logam adalah jika menjadi ion, bentuk ionnya memiliki muatan positif. Unsur golongan B disebut juga logam transisi.

Sama seperti logam golongan A, logam transisi (golongan B) juga memiliki muatan positif ketika berubah menjadi ion.Logam golongan B banyak digunakan sebagai campuran barang-barang berbahan logam yang sehari-hari ada di sekitar kita.
Beberapa Unsur Golongan B
Beberapa Unsur golongan B
Merkuri memiliki nama lain yaitu raksa atau Hidrargirum.
Besi dan tembaga, biasanya yang digunakan dalam bahasa indonesianya adalah versi bahasa Indonesia yaitu Besi dan Tembaga, bukan Ferrum/Ferrous dan Cuprum/Cuprous. Namun di beberapa kondisi seringkali digunakan 'ferro-ferri' dan 'cupro-cupri' yang spesifik untuk menunjukkan kondisi biloks logam di senyawa itu.

Setelah mengetahui nama-nama unsur, kita juga harus mengetahui mana unsur yang logam dan mana yang non logam. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, unsur golongan I A (kecuali hidrogen), IIA, IIIA (kecuali boron), dan golongan B adalah logam. Sementara unsur-unsur yang bersifat nonlogam berada di sebelah kanan, yaitu golongan IVA hingga VIIIA dan hidrogen.
Boron, silikon, dan beberapa unsur lain (lihat tebal peridok, terdapat pola warna tersendiri bagi beberapa unsur tersebut) digolongkan ke jenis metaloid. Metaloid artinya sifatnya ditengah-tengah antara logam dengan nonlogam.

Lalu apa perbedaan dari logam golongan A dan B?

Logam golongan A, akan berubah menjadi ion positif dengan muatan yang sama dengan golongannya. Sebagai contoh, atom unsur Kalium jika berubah menjadi ion akan menjadi K+ (memiliki muatan +1) sementara atom unsur magnesium akan menjadi ion Mg2+ (memiliki muatan +2). Sementara logam golongan B dapat berubah menjadi bermacam-macam muatan sesuai dengan bilangan oksidasinya. Hal ini juga bergantung pada sifat unsurnya. Sebagai contoh, atom unsur besi memiliki 3 jenis ion, ion Fe2+, Fe3+, dan Fe4+, bergantung pada keadaan oksidasi atomnya saat itu. Mangan memiliki lebih banyak lagi variasi, bisa Mn2+ sampai Mn7+.

Karena perbedaan bilangan oksidasi (bisa dilihat dari muatan ketika menjadi ion) antara logam A dan B itu, penamaannya pun menjadi berbeda.

Untuk golongan A :

Nama logam___Nama nonlogam+ida

sebagai contoh :


  1. NaCl : Natrium Klorida
  2. MgO : Magnesium Oksida
  3. K2O : Kalium Oksida
  4. AlCl3 : Aluminium klorida
  5. Al2O3 : Aluminium Oksida

 untuk logam golongan A, berapapun jumlah logam dan nonlogam yang berikatan membentuk senyawa, tidak disebutkan ke dalam penamaan.

Untuk golongan B :

Nama logam__(biloks)__Nama nonlogam+ida

contoh :

  1. Fe2O3 : Besi (III) Oksida
  2. TiCl4 : Titanium (IV) Klorida
  3. CoCl2 :Kobalt (II) Klorida
  4. MnO2 : Mangan (IV) Oksida
  5. CuS : Tembaga (II) Sulfida 
Untuk memberi nama golongan B ini, terlebih dahulu kita harus memahami cara menentukan biloks. Nanti di bahas di sesi yang lain ya.

Pada golongan A, kita tidak perlu menuliskan biloksnya, karena sudah pasti. Na biloksnya dalam senyawa pasti 1, Ca pasti 2. Sementara untuk golongan B, kita tidak akan tahu senyawa yang kita maksud memiliki rumus senyawa seperti apa karena tidak tahu biloks logamnya berapa. 

Misalnya kita menyebutkan Mangan Oksida, nah loh, rumus molekul yang dimaksud itu apakah MnO, MnO2, atau yang bagaimana? Karena itu, penyebutan biloks sangat penting untuk golongan B.

Nah, bagaimana dengan senyawa yang semuanya nonlogam?

(jumlah atom1)Nama nonlogam1__(jumlah atom2)Nama nonlogam 2
jumlah atom disebutkan dengan :
mono untuk 1 atom
tri untuk 3 atom
tetra untuk 4 atom
penta untuk 5 atom
dan seterusnya

jumlah atom1 maksudnya adalah jumlah atom unsur yang berada di depan, bisa dilihat dari angka yang ada di sebelahnya.

contoh :


  1. H2O : dihidrogen monoksida / air (hidrogennya ada 2 atom, oksigennya ada 1 atom)
  2. PCl5 : Fosfor Pentaklorida (satu atom fosfor mono di depan tak usah disebut, klor ada 5)
  3. CO : Karbon Monoksida (satu atom karbon, satu atom oksigen)
  4. N2O5 : Dinitrogen pentaoksida (2 atom nitrogen, 5 atom oksigen)
  5. CCl4 : Karbon tetraklorida

Sekarang, bagaimana kalau di dalam senyawa tersebut terdapat lebih dari 2 jenis unsur, misalnya CaSO4?

terlebih dahulu kita harus mengenal beberapa ion poliatom yang sering muncul. Berikut saya rangkumkan beberapa nama ion poliatom :


untuk ion dari golongan VIIA dengan bentuk seperti perklorat, klorat, klorit dan sebagainya, penamaannya persis yang di atas, hanya tinggal mengganti kata unsurnya saja. Misalnya, BrO3- namanya adalah bromat.

Penamaannya sama dengan aturan untuk golongan A dan B, hanya mengganti nonlogamnya dengan nama ion.

sebagai contoh :


  1. K2BrO3 : Kalium bromat
  2. Fe(ClO3)3 : Besi (III) klorat     (besi tetap menggunakan aturan golongan B, menggunakan biloks)
  3. Ca(OH)2 : Kalsium Hidroksida
  4. KMnO4 : Kalium Permanganat
  5. Cr(OH)3 : Krom (III) hidroksida
  6. AgCH3COO : Perak (I) Asetat
Lalu bagaimana dengan senyawa yang memiliki unsur H didepannya seperti H2SO4?
Senyawa kimia ada yang bersifat asam ada yang sesifat basa. Senyawa yang melepaskan ion H+ disebut dengan asam, maka :

  1. H2SO4 : Asam sulfat (karena melepaskan H+ dalam air)
  2. HNO3 : Asam Nitrat
  3. CH3COOH : Asam asetat (jika dalam air menghasilkan CH3COO- dan H+)
Terkadang, untuk beberapa unsur yang memiliki nama lain seperti Fe, Cu. Pb, kita menyebutnya dengan nama spesifik, tanpa perlu menyebutkan biloksnya.
Untuk senyawaan besi yang mengandung besi dengan biloks 2+, kita bisa mengganti namanya dengan "Ferro", sementara untuk besi dengan biloks 3+  bisa kita ganti dengan "ferri".
Contoh :

FeSO4 : Ferro sulfat
Fe2(SO4)3 : Ferri sulfat

Untuk senyawaan tembaga, senyawa yang mengandung Cu+ bisa disebut dengan "cupro/kupro" sementara Cu2+ dapat diganti dengan "Cupri/kupri".
jadi :

CuCl : Cupro klorida
CuCl2 : Cupri Klorida

Demikian juga dengan timbal, Pb, Pb2+ bisa disebut dengan "Plumbo" sementara Pb4+ disebut dengan "Plumbi".

Sampai disini, apakah sudah cukup jelas?
Semua penjelasan di sini memang hanya dasar-dasarnya saja. Senyawa di sekitar kita lebih kompleks dari ini. Terkadang suatu senyawa juga disebutkan dengan nama jual atau nama umum. Karena itu, harus terus belajar dan membaca lebih banyak lagi. 

Kalau ada yang salah, belum mengerti, atau butuh soal latihan, jangan sungkan untuk komen di bawah atau email saya langsung.
Sampai jumpa di bahasan selanjutnya.
 :)



You may also like

Tidak ada komentar:

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.