Perjalanan Pulang Kampung : Kalimantan Barat. Bagian 2

/
1 Comments

Sejatinya, kawasan Mandor adalah kawasan hutan. Namun seiring waktu tempat ini semakin ramai. Kami tiba di rumah saudara kami, sepupu ayah. rumahnya sederhana, rumah panggung, berlantai kayu, seperti rumah di kalimantan pada umumnya.

Tujuan utama kami adalah kebun karet, karena kakekku ingin melihat prospeknya. Sebelum masuk kebun, tanteku meminta kakek nenekku berganti pakaian, dari pakaian rapi menjadi pakaian tebal yang nyaman, atau training pack. Kenapa harus tebal? Kan panas naudzubilah begini? hahahahaha. nenekku protes, tapi akhirnya menurut.

Kami masuk ke kebun, diawali dengan masuk hutan dulu, sekitar 200-300 meter ke dalam hutan, lengkap dengan jalan setapak yang penuh akar melintang, dan kolam air berwarna coklat gelap, meski airnya bening. Air akar, kata tanteku. Anak gadis tanteku berjalan dengan sangat lihai, sementara aku harus ekstra waspada, dan nenekku harus selalu dipegangi, takut terperosok.




Nenekku awalnya tidak mengerti kenapa ia harus menggunakan sepatu boot. Tapi begitu mulai masuk hutan, dia paham betul. Hutan itu lembab. Panas, tapi sejuk. Mungkin karena masih banyak pepohonan. Inilah kawan, fungsi hutan yang paling mudah dirasakan, nyamannya itu.

Sesampainya di kawasan kebun milik kami, pohon utamanya pun berubah menjadi sejenis : karet. Karet-karet itu disadap mulai pukul 2 dini hari. Bayangkan kawan, jam 2 dini hari, mereka masuk hutan dan mulai menyadap, lengkap dengan nyamuk yang luar biasa banyak dan ganas.

Ya, nyamuk hutan itu luar biasa banyak dan ganas. Itulah sebabnya kenapa para penyadap pakai lotion anti nyamuk sebelum mulai. Lagi-lagi, awalnya nenekku tak percaya bahwa di kebun banyak nyamuk, tapi setelah merasakan sendiri, dia paham betul.

Di tanah kebun itu, ada yang membuatku tertarik, aku bukan orang biologi, jadi ga tau pohon itu namanya apa, tapi kuperkirakan itu sejenis lumut. Tapi rimbun dan empuk, tidak licin seperti lumut umumnya. Mungkin pada pendaki tahu jenis tumbuhan apa ini.

Tumbuhan empuk mirip lumut

Foto di kebun karet dengan saudara
Karet, adalah tanaman industri yang sedang digalakkan di kawasan ini. Setidaknya sebelum harga karet Indonesia terjun bebas. 6 bulan yang lalu, harganya masih 15 ribu rupiah per kg karet. Namun bulan lalu tinggal 5 ribu rupiah. Katanya sih pemerintah sedang nego negara tetangga untuk membuat harga karet kembali stabil, namun apa daya, harga di pasaran terus turun.

Setelah energi kembali pulih, kami kembali ke mobil untuk ke kebun kami yang lain. Saat arah pulang, aku melihat tumbuhan kantong semar. Banyak! sayang, karena pohon itu ada di tempat yang agak miring, jadi sulit untuk mengambil gambarnya,

Lokasi kebun kami yang lain terletak di belakang kawasan Taman Makam Pahlawan Mandor, alias tempat pekuburan massal, alias tempat pembantaian massal.

Pada tahun 1942, saat jepang baru masuk ke Kalimantan Barat, mereka membinasakan 20.000 orang warga sipil berbagai etnis dan bahkan suku asli, dalam kurun waktu 2 tahun. Alasannya, pemberontakan. Kejadian ini terungkap saat ada calon korban yang melarikan diri dan menceritakan ke orang lain.

Seperti yang sudah saya sebut di awal, Mandor sejatinya adalah hutan. jadi 20.000 mayat dan tulang belulang yang tidak utuh lagi di temukan tersebar di hutan itu. Akhirnya mayat dan tulang itu dikuburkan secara bersamaan, dalam 10 lokasi kuburan. Estimasinya, 1 lokasi menampung 2000an jasad. Bentuknya bukan seperti makam biasanya, tapi hanya bangunan kotak dengan atap namun tanpa dinding. Kuburan ke 10 lebih tertutup, karena berisi foto dan peninggalan orang-orang terpandang yang dikubur disana. Kuburan ke 10 itu dibuka setahun sekali untuk peringatan berkabung. Selain kuburannya, juga ada tempat pembantaian massalnya. Ditandai dengan sebuah Batu besar dan pohon mati yang tinggal setengah. Kata tanteku, dulu pohon itu terus menerus mengeluarkan tetesan darah, tapi sekarang tidak lagi.

Kalau untuk kawasan ini, aku tidak mau ambil foto. Bukannya penakut, tapi rasanya tekanan auranya besar sekali (sugesti sih palingan, hahahaha). Namun kawasan ini sekarang sudah lebih terang, harusnya sih aku sudah berani. 12 tahun lalu, tempat ini jauh lebih gelap, karena pepohonan yang sangat rimbun, lembab dan tertutup. Bahkan dulu untuk turun dari mobil di sekitar tempat pembantaian massalnya saja aku tidak kuat. Rasanya tak bisa bergerak. (lagi-lagi sugesti)

Di bagian depan kawasan ini, ada Relief dinding yang menceritakan cerita pembantaian ini. Lengkap dengan Tugu, garuda, dan bendera merah putih.
Bagian kiri menceritakan bagaimana cara penangkapan. Ada yang berpakaian seperti dokter, pendeta, kiai, gadis cina, bahkan laki-laki suku dayak

Bagian kanan menceritakan proses pembantaian, ada yang ditembak, ditusuk, ditebas, dan lain-lain. Diujung diceritakan pemberontakan warga terhadap aksi biadab ini hingga akhirnya jepang kalah.
Foto di depan tugu peringatan
Ada yang menarik dengan tugu ini. Kata tanteku, saat pembangunan makam massal dilakukan, tulang-belulang dikumpulkan. Namun ada 1 jasad tulang yang 'tidak mau dipindahkan'. Jasad itu ada tepat di tugu itu. Karena tidak mau dipindahkan ya sudah, akhirnya dibuat jadi tugu. Setiap tahun ada upacara bendera di pelataran tugu ini, untuk mengabadikan mereka yang gugur tak bersalah.

Kebun kami berada di belakang tempat pembantaian massal. Di kawasan itu, dulunya ada hutan, yang kemudian dibakar, entah oleh siapa. Padahal tepat di sampingnya, adalah kawasan hutan lindung Mandor. Miris bukan?

Untuk mempermudah akses, jalan kecil dibuat. Jalan kecil itu memisahkan hutan lindung dan hutan 'industri'. Aku terkejut melihat jalan kecil itu. Tanahnya putih mengilat. Ah, bukan tanah, tapi pasir. Ternyata, tanah di mandor itu 1 meter saja digali, sudah bukan tanah merah lagi, melainkan pasir putih.
Tanah di jalan kecil menuju kebun. Warnanya putih, lebih putih dari kapur, dan teksturnya pasir.
Di sisi kanan kiri jalan, terlihatlah belasan hektar mantan hutan, masih banyak pohon mati, belum dibersihkan. Di dekat kebun kami ada beberapa orang pekerja sedang menggergaji pohon mati itu, dengan gergaji mesin. Jadi teringat cerita ayahku, saat kami membersihkan kawasan kebun kami dari pohon mati, 5 mata gergaji rusak, saking kerasnya kayu itu. Ya, kayu-kayu berkualitas tinggi, lalu dibakar, mengeras, wajar saja kalau jadi makin susah ditebang.

Masuk ke kawasan mantan hutan itu, kebun kami juga, ternyata tidak mudah. Tanahnya masih lembek dan basah, jadi kami harus meniti kayu untuk dapat masuk ke kebun kami. Di beberapa bagian kayunya itu melintang di atas genangan air akar yang gelap warnanya, menambah bayangan-bayangan tentang ular di benakku.

Rerumputan dan pohon pendek mulai tumbuh di mantan hutan

Mantan Hutan
Hasil dari pohon mati yang telah dibersihkan, ternyata cukup untuk membuat sebuah pondok kecil. Pondok kami jadi tempat persinggahan pekerja pembersih hutan, mahasiswa kehutanan UnTan yang sedang turun lapangan, bahkan orang korea yang sedang riset kehutanan.

Pondok kami
Meskipun ada pondok untuk bernaung, tetap saja aku takut. Takut ular. Karena beberapa minggu sebelum kami datang, Om ku bertarung dengan kobra sepanjang 3 meter, di dekat pondok. Untung pertarungan itu dimenangkan oleh om ku. Walaupun ku bilang pertarungan, sebenarnya bukan sih. Hanya kejar-mengejar selama setengah jam. Ya, siapa yang habis tenaga duluan, akan mati. Ternyata setelah aksi kejar-mengejar selama setengah jam di tanah seluas 1-2 hektar akhirnya si ular lemas duluan. Langsung saja di matikan oleh om ku.

Tidak hanya itu, sudah 3 kali pondok kami kemasukan ular berbisa. Terakhir kali, malam sebelum kami datang ke pondok. Ya, jika hujan, maka ular-ular itu mencari tempat yang lebih nyaman, di dalam pondok kami. Di malam sebelum kami datang, ular hijau berbisa masuk ke pondok, kecil sih, tapi tetap saja itu ular. Bangkainya masih bisa ku lihat di depan pondok. Tapi, aku tak mau mengambil fotonya. Aku takut, tapi sepupuku malah mengambil kayu dan memainkan si bangkai ular. Argh!


You may also like

1 komentar:

  1. HAL YANG TIDAK PERNAHTERBAYANKAN KINI MENJADI KENYATAAN KEPADAH KELUARGA KAMI,,,UNTUK KAMI UCAPKAN BANYAK TERIMAKASIH KARNA BERKAT BANTUANNYA ALHAMDULILLAH KELUARGA KAMI BISA LEPAS DARI KESUSAN,KARNA NOMR "GHOIB" HASIL RITUAL OM AGUS MEMAN BENAR2 MERUBAH NASIB KAMI HANYA SEKEJAP,DAN DISITULAH AKU ADA KESEMPATAN KUMPULKAN UANG UNTUK BUKA USAHA KEMBALI,KARNA RUMAH KAMI JUGA SUDAH DISITA,,WARUNG MAKAN JUGA SUDAH BANGKRUT,,TAPI ITU SEMUA KAMI MASIH TETAP BERTAHAN HIDUP DENGAN KELUARGA KAMI,,WALAU CUMA GONATRAK TAPI AKU TETAP BERSABAR DAN AKHIRNYA KAMI TAU NOMR OM AGUS YANG BISAH MERUBAH NASIB KAMI..MAKA DARI ITU KAMI LANSUNG HUBUNGI OM AGUS ORANG PALING BERSEJARAH DI KELUARGA KAMI..!!!JADI KEPADA KELIYAN YANG SENGSARAH DAN INGIN MERUBAH NASIB SEPERTI SAYA SILAHKAN hub OM AGUS DI NOMR 085397766615''DENGAN PENUH HARAPAN INSYAH ALLAH PASTI TERCAPAI.DAN ADA TDK AKAN PERNA KECEWAH INSYAH ALLAH terima kasih yg punya ROOM.dan terima kasih jg kpada yulimerah(y)

    BalasHapus

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.