Wejangan untuk yang selangkah lagi jadi mahasiswa.

/
0 Comments
Selamat datang mahasiswa baru!

Saya menulis ini sehari setelah pengumuman SNMPTN undangan 2015. Euforianya masih terasa di rumah. Ya, kebetulan adik saya yang juga sedang harap-harap cemas menunggu kabar baik dari kampus yang diinginkan ternyata diijabah doanya oleh Allah. Selamat datang di kampus perjuangan! 

Sistem penerimaan mahasiswa baru beberapa tahun belakangan ini berbeda dengan saat saya mendaftar S1 dulu. Zaman saya dulu, tidak ada yang namanya undangan. SNMPTN kala itu hanya satu, tertulis. Tahun 2010 adalah tahun terakhir SNMPTN hanya tertulis, karena mulai dari tahun 2011 ada sistem penerimaan melalui SNMPTN undangan, tanpa tes. Tahun itu juga tahun terakhir ITB menyelenggarakan ujian masuk. Kalau UI, dari tahun ke tahun memang terlihat enggan mengambil mahasiswa lewat SNMPTN, jadi SIMAK UI terus terlaksana.

Dua tahun terakhir bahkan penerimaan mahasiswa baru lewat SNMPTN undangan lebih merata. Semua siswa boleh mendaftar, 2 pilihan. Namun tetap saja, lolos atau tidak ke kampus idaman tergantung pada nasib baik atau buruk.

Saya yakin, semua yang diterima lewat SNMPTN undangan sedang berbahagia. Sebagaimana saya berbahagia karena murid saya banyak yang diterima.

Beberapa bulan lalu, mereka sibuk bergalau ria. Bingung menentukan jurusan yang akan diambil lewat SNMPTN undangan. Kalau mereka bertanya pada saya, maka akan saya tanya balik pada mereka, apa yang mereka impikan. Kalau mereka bertanya kepada rekan saya sesama pengajar, mereka akan diberi saran jurusan dan universitas yang memungkinkan untuk nilai mereka, dengan passing grade yang rendah. Saya juga pernah membuat tulisan di blog ini mengenai pilihan jurusan kuliah. Mengapa saya menganjurkan anak-anak untuk memilih dan berjuang di bidang yang diinginkan? Agar mereka fokus, dan tidak menyia-nyiakan waktu dan uang.

Bagi siswa yang memiliki kemampuan belajar menengah, untuk mendapatkan slot di SNMPTN undangan saja sudah sangat bersyukur. Tapi yang saya khawatirkan adalah anak-anak yang ikut SNMPTN undangan hanya untuk coba-coba, cadangan. Adakah yang seperti itu? Ya, ada saja.

Saya ambil ilustrasi, anak A sangat pintar, siswa dari sebuah SMA yang sangat terkenal akan prestasi muridnya. Ia ingin masuk ITB. Kita sama-sama tahu, passing grade ITB sangat tinggi. Si A minder dan tidak yakin ia dapat lolos ITB lewat SNMPTN undangan. Jadi supaya dia punya cadangan, ia ambil UI di SNMPTN undangan, lalu ITB di SBMPTN. Jadi, kalau dia tidak lolos ke ITB lewat SBMPTN, maka dia tetap punya prestige, UI.

Untunglah UI punya kebijakan, 'siswa yang diterima lewat SNMPTN undangan namun tidak mengambil jatah kursinya itu, harus membayar penalti (kalau tidak salah) 100 juta rupiah, dan sekolahnya akan diberi sanksi tidak akan mendapat jatah kursi untuk jurusan yang ditinggalkan oleh siswanya itu selama beberapa tahun ke depan'. Ya, itu adil. Dengan demikian sekolah harus memberi pendampingan kepada siswa yang berpotensi serakah dalam memilih jurusannya. Tapi saya tidak tahu, apakah aturan ini berlaku nasional di seluruh universitas negeri, atau hanya UI.

Saya menilai aturan penalti ke siswa dan sekolah itu cukup baik dilakukan, karena siswa yang seperti itu sudah mempermainkan kesempatan orang lain. Bayangkan, kursi yang hanya menjadi cadangannya, yang ia tinggalkan itu, mungkin akan sangat berharga bagi siswa lain yang tidak lolos karena pihak kampus memilih dia. 

Saya ingat saat kelas 3 dulu, guru kesiswaan mendatangi saya diam-diam. Saya dulu masuk ke dalam 3 besar peringkat paralel di sekolah saya. 
Pertama, yang beliau tanyakan adalah : kamu sudah punya pilihan jurusan belum?
Saya jawab sudah, karena saat itu hati saya sudah mantap ke teknik perminyakan atau ke aviasi.
Kedua : Sudah ada universitasnya? sudah daftar?
Saya jawab sudah, karena saya saat itu sudah punya cadangan ke Trisakti.
Ketiga : Ada rencana ambil PTN? Universitas apa? UI?
saya jawab ga mau UI bu, mau ambil ITB.
Lalu beliau menyudahi pembicaraan dengan tersenyum.
Selidik punya selidik, ternyata sekolah saya diberi 6 slot pendaftar PPKB, beliau sedang memilih anak dengan keinginan yang besar dan berkemampuan untuk masuk UI. Karena saya tidak berpikir untuk masuk UI, ibu itu tidak memberikan slot pendaftar pada saya. Padahal kalau saya ambil saya yakin bisa lolos (bah, sombongnya. haha)
Guru wali kelas saya juga pernah bilang, kalau sudah dapat satu, jangan serakah kejar yang lain, karena kalian akan menutupi jalan orang lain, seperti yang saya bilang di atas.

Karena itu saya bilang ke anak-anak, pilih jurusan di SNMPTN undangan itu jangan hanya karena jurusan itu passing grade nya rendah, tapi pikirkan, apa yang kamu inginkan. Jangan sampai jika kamu lulus disana, tapi karena itu bukan yang kamu inginkan, lalu kamu tinggalkan begitu saja.

Kalau swasta dijadikan cadangan, saya rasa tidak terlalu masalah, karena siswa yang mengejar universitas swasta  tidak terlalu banyak, dan masih ada jalur penerimaan lain setelah penerimaan melalui SBMPTN diumumkan, jadi mereka masih punya waktu untuk mencari mahasiswa.

Ya, pokoknya saya ber-positive thinking untuk mereka yang diterima. Semoga kalian bisa menyerap ilmu di perkuliahan nanti dengan baik, dan dapat kerja yang terbaik, untuk orang tua kalian juga. Ingat, jangan sia-siakan waktu dan uang yang dicari dengan susah payah oleh orang tua kalian.

Selamat datang, pahlawan muda!


You may also like

Tidak ada komentar:

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.